Admin |

Dokumenter Masjid Syuhada


Masjid Syuhada yang terletak di daerah Kota Baru, Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata memiliki sejarah yang menarik. Masjid yang dibangun pada tanggal 20 September 1952 ini adalah masjid pemberian Presiden Soekarno kepada para pejuang kemerdekaan yang bertempur di Yogyakarta. Berdirinya masjid syuhada selain untuk tempat peribadahan umat muslim juga sebagai monumen yang hidup dan bemanfaat untuk memperingati para pahlawan yang gugur syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa serta mempertahankan kebenaran dan keadilan. Pendirian masjid syuhada ini juga memiliki struktur kepanitiaan yang diberi nama panitia pendirian masjid syuhada (pppms) yang diketuai oleh mr assat gelar datuk mudo pada tanggal pada tanggal 14 oktober 1949. Kemudian peletakan batu pertama oleh sri sultan hamengkubuwono ix selaku mentri pertahanan RI sekaligus menjabat sebagai kepala daerah DIY pada tanggal 17 agustus 1950. Keputusan pendirian masjid syuhada di wilayah kota baru merupakan lokasi yang dipilih oleh sri sultan hamengkubuwuno 9 bukan tanpa sebab, wilayah kotabaru merupakan daerah peninggalan belanda yang dominan masyarakatnya elit dan presentative. Dengan mendirikan masjid di wilayah bekas pemukiman colonial sekaligus penanda perjuangan para syuhada diharapkan dapat meghidupkan Kembali semangat perjuangan para syuhada. Pembangunan masjid syuhada memiliki tata arsitektur yang sangat indah bahkan banyak sastrawan dan ulama seperti hamka menamsilkan seperti bangunan taj mahal di india, bukan hanya dilihat dari luarnya saja namun jika dilihat secara mebdetail, masjid syuhada memiliki keunikan pada setiap sudutnya. Seperti perpaduan budaya lokal dan budaya luar yang dapat kita lihat pada struktur masjid yang terdapat tiga tingkatan yang banyak pula tedapat pada atap masjid masjid pada umumnya yang menggambarkan iman islam dan ihsan. Bentuk persegi pada ruang utama pun mencontoh ruangan pada masjid masjid tradisional sebagai tempat pelaksanaan solat secara berjamaah. Bentuk persegi ini juga menggambarkan keblat papat limo pancer yang bermakna kesetaraan empat arah yakni utara, selatan, barat, dan timur dengan satu pusat di tengah. Perpaduan budaya luar yang Nampak jelas dari bentuk kubah seperti bawang yang terinspirasi dari bangunan di wilayah Persia dan asia selatan seperti india dan Pakistan. Selain pepaduan budaya, di dalam masjid juga banyak kode kode kultural, membaca masjid syuhada secara arsitektural berarti mengumpulkan yang tertangkap oleh panca indra yang parsial, disatukan dengan akal, pengetahuan dan pengalaman agar menghasilkan konklusi utuh guna menangkap makna tersurat dan tersirat. Ragam penanda kultural tersebut meliputi penanda kebangsaan lewat 17 anak tangga, tiang segi delapan dan kupel kecil berjumlah empat, ditambah empat kupel lagi dan diakhiri satu kupel persada, sehingga terbaca empat dan lima. Yang kedua ada penanda keislaman, yang dapat dilihat dari lubang angin diruang aula yang berjumlah dua puluh, dua tiang besar di ruang mushola putri dan lima lubang ventilasi di pengimaman, merupakan penanda pokok ajaran islam. Selain nilai artistiknya yang sangt indah masjid syuhada juga dibangun dengan mengedepankan nilai kesederajatan dan keseimbangan dengan bukti adanya ruangan khusus untuk Wanita yang dikenal dengan mushola putri.

Full video : https://youtu.be/HSxG_hSAGd8



Informasi


Follow Us


© 2023 Corps Dakwah Masjid Syuhada | Template by izza wildan